

Hideto Matsumoto alias Hide (lahir di Kanagawa, Yokohama, Jepang, 13  Desember 1964 – meninggal 2 Mei 1998 pada umur 33 tahun} adalah  seorang musisi Jepang
 
Ia mulai mengenal musik keras saat berusia 15 tahun ketika salah satu  temannya memperkenalkan musik dari grup rock seperti Kiss dan BowWow.  Sejak saat itu, Hide  begitu tertarik dengan karakter band yang memiliki penampilan visual yang  nyentrik dan stylish. Jepang pada waktu itu sedang dilanda demam musik pop dari  artis luar seperti Michael Jackson. Rock  menjadi musik yang termasuk underground. Keinginannya menjadi pemain band mulai  tumbuh dan ia berniat ingin memiliki band sendiri dengan mulai mempelajari  gitar. Setahun kemudian, ia mendapatkan gitar elektrik pertamanya Gibson Les  Paul Deluxe.
 
Band pertama pun dibentuk bersama teman-teman sebayanya dengan nama Saver  Tiger. Band tersebut berkarakter musik seperti Kiss dan Hide  berposisi sebagai lead gitaris dan penulis lagu-lagunya. Kemudian bersama  bandnya mulai tampil di beberapa bar. Dengan cepat bandnya menjadi salah satu  grup yang populer di Yokosuka. Namun setelah mengalami pergantian formasi  sebanyak 8 kali akhirnya pada tahun 1987 band tersebut dihentikan.
 
Tak lama setelah menghentikan bandnya, Hide  kemudian menerima telpon dari seseorang bernama Yoshiki  yang memiliki band bernama X. Yoshiki  sedang membutuhkan gitaris, dan prestasi Hide  ditingkat lokal membuat Yoshiki  tertarik untuk merekrutnya. Ia pun setuju meski tak akan pernah menyangka bahwa  band ini kelak akan merubah seluruh jalan hidupnya. Pada Januari 1987, Hide  secara resmi bergabung dengan X. Personel X saat itu adalah Yoshiki  (drum & piano), Toshi  (vocal), Taiji (bass), Pata  (gitar) dan Hide  (lead gitar). Ia menggagas konsep Visual  Shock atau penampilan yang super nyentrik pada band barunya tersebut.
 
Album debut perdana Vanishing  Love direlease tahun 1988 dengan mengandalkan hits Kurenai lansung  menggebrak. Setahun berikutnya album Blue  Blood yang menjagokan 3 hits : X,Week  End, dan satu lagu slow Endless  Rain. Lagu keras dengan dipadukan dengan warna symphony dan penampilan yang  nyentrik membuat band ini makin bersinar. Tahun 1991 X menelurkan album Jealousy  yang mengandalkan 2 hits Silent  Jealousy dan Say  Anything. Secara perlahan band ini mulai meruntuhan dominasi musik pop,  apalagi saat itu dunia musik sedang dilanda demam Guns N' Roses yang cukup  berpengaruh juga untuk merubah paradigma masyarakat Jepang terhadap jenis musik  ini.
 
Hide  pun mulai dijagokan sebagai icon musik rock Jepang saat itu dan mempelopori  sebutan khusus untuk musik mereka dengan nama J-Rock. Berbeda dengan band  Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang juga namun warna musiknya  lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan warna musik Hide memiliki warna tersendiri yang  banyak mengilhami band-band J-Rocks berikutnya. Tahun 1994 Hide  meluncurkan album solonya hide  Your Face dan dilanjutkan dengan album Psyence.  Ia menghasilkan karya-karya seperti Misery,  Beauty  & Stupid,  HI-Ho/Good  Bye dan MIX  LEMONed JELLY.
 
Tahun 1996, Hide  kembali masuk ke studio rekaman bersama X yang telah berubah nama menjadi X-Japan dikarenakan ada band di  Amerika yang juga memiliki nama X. Album barunya diberi nama Dahlia. Banyak pengamat musik  menilai album ini adalah album masterpiece X-Japan dikarenakan dari 10 lagu,  setidaknya 8 lagunya merupakan jagoan semua. Lagu-lagu tersebut seperti Dahlia,  Scars, Longing (Togireta Melody), Rusty Nail, Crucify My Love, Tears, Drain, dan  Forever Love. Album itu makin memperkokoh nama X-Japan sebagai band rock nomor  satu di Jepang dan berakibat semakin meluasnya ketenaran X-Japan sampai ke  negara-negara lain seperti Korea, Hong Kong, Cina, dan Taiwan.
 
Satu tahun kemudian, dikarenakan sang vocalis Toshi ingin bersolo karir,  terjadilah perpecahan pada X-Japan sehingga mereka akhirnya menyatakan bubar.  Namun tuntutan para fans-fans fanatiknya yang ingin melihat sekali lagi  penampilan X-Japan membuat Yoshiki dan Hide sepakat untuk menggelar X-Japan Last  Live. Konser yang diadakan tanggal 31 Desember 1997 ini dipadati oleh puluhan  ribu penonton. Sebuah konser yang sangat spektakuler dengan tata cahaya yang  super brilian, dan desain panggung yang luar biasa dan konsep yang apik  menjadikan konser tersebut sebagai salah satu konser terbaik sepanjang sejarah  musik Jepang. Setelah konser berakhir, praktis tak ada lagi penampilan  X-Japan.
 
Setelah X-Japan bubar, Hide melanjutkan proyek solonya. Ia merelease album  Rocket Dive. Ia juga sempat bekerjasama dengan band asal Amerika, Zilch. 27  April 1998 ia kembali ke Jepang setelah sebelumnya sempat tinggal di L. A.  selama beberapa waktu untuk beberapa proyeknya. Tanggal 1 Mei, setelah merayakan  promo singlenya di Fuji TV, ia mabuk dan pulang ke Tokyo. Namun keesokan harinya  ia ditemukan telah tewas. Dunia musik Jepang sangat terguncang mengingat yang  tewas adalah seorang pelopor J-Rocks sejati. Upacara kematian Hide digelar di  Kuil Honganji. Upacara itu dipadati lebih dari 50.000 J-Rockers (fans J-Rocks)  diluar kuil dan membentuk barisan sepanjang lebih dari 1 km sedangkan 12.000  lainnya didalam lingkungan kuil.
 
Beberapa bulan kemudian, Yoshiki menggelar konser penghormatan kepada Hide.  Acara itu juga dihadiri oleh Kiss, Slash, Marylin Manson dan band-band yang ia  orbitkan (kelak juga merajai panggung musik J-Rocks), Glay, dan Luna Sea. Tak  lupa pula Toshi dan Yoshiki yang merupakan rekan Hide semasa di X-Japan  melantunkan 2 buah lagu, Forever Love dan Tears. Puluhan ribu orang menangisi  kepergian Hide sang pionir musik-musik J-Rocks. Ia lah yang mempopulerkan Visual  Kei ala J-Rocks dan Visual Shock yang kini dianut oleh semua artis-artis  J-Rocks. Bahkan kini di Yokohama dibangun museum Hide yang didalamnya disimpan  memorabilia Hide seperti gitar, kostum, CD, mobil, dsb.