Minggu, 29 November 2009

Daita Ito from Siam Shade


Nama Asli: Daita Ito
Tempat/Tgl Lahir: Tokyo / 19 Juni 1971
Golongan Darah : A
Tinggi Badan : 175cm
Website Resmi : http://www.daita-ism.com
Gaya Permainan: Hard Rock, Shredd
Pengalaman Band : Siam Shade, Power, Ect
Pengaruh musikal: Rush, BowWow, X-Japan, Dream Theater, King's X
Gitar Yang Digunakan: ESP, Schecter, Paul Reed Smith, Tom Anderson, Gibson Les Paul
Hobi Lain : Animasi, Komik, Nonton Gulat profesional


Industri musik rock Jepang punya satu lagi gitaris hard rock handal, Daita. Ia merupakan gitaris rock yang punya permainan ngeshredd dan lagu-lagunya masuk ke jajaran charts teratas di Jepang. Besar bersama grup Siam Shade, nama Daita sering disebut-sebut sebagai gitaris terbaik Jepang. Kalau dari segi teknikal, Daita punya level yang sama dengan gitaris sekaliber Akira Takasaki.

Siam Shade terbentuk pada bulan Mei 1993, 2 bulan kemudian Daita bergabung. Kemudian formasi Siam Shade berjumlah 5 orang : Hideki (vocal), Junji (drum), Daita (lead gitar), Natchin (bass), dan Kazuma ( guitar dan backing vocal). Di tahun ini juga Siam Shade langsung merelease album demo yang berisi 4 lagu. Setahun kemudian, tepatnya pada bulan Desember, Siam Shade merelease album indie pertamanya yang selftitle. Album perdana ini ternyata mampu menduduki peringkat 2 di Oricon Indie Charts.

Tahun 1995 Daita dkk merelease album Siam Shade II dibawah label Sony. Di album ini terdapat satu lagu andalan berjudul Rain. Pada lagu tersebut Daita cukup banyak memainkan variasi ritem sehingga terdengar asik dan tidak membosankan namun tetap berisi. Akhirnya lagu ini menjadi salah satu lagu Siam Shade yang sering dibawakan oleh band-band J-Rock di Indonesia. Lagu ini juga sangat cocok buat gitaris-gitaris rock yang mau mencoba memainkan musik-musik Jepang.

Album berikutnya yang direlease tahun 1996 adalah 'Siam Shade III'. Dua tahun kemudian Siam Shade merelease album 'Zero'. Lagu yang paling menyita perhatian di album ini berjudul '1/3 No Junjo Na Kanjo'. yang juga menjadi soundtrack anime terkenal, Rurouni Kenshin atau di Indonesia dikenal dengan judul Samurai-X.

Tahun 1999, album Siam Shade 5 direlease. Album ini punya lagu andalan berjudul Dreams. Kemudian pada tahun 2000 kembali Siam Shade merelease double album. Beberapa lagu andalan pada album tersebut adalah 1999 dan Setsunasa Yorimo Tooku e. Lagu yang disebut terakhir tersebut merupakan lagu yang spektakuler karena Daita memainkan tapping bertubi-tubi disepanjang reff lagu.

Setelah Siam Shade bubar pada tahun 2002, Daita kemudian bersolo karir. Ia sempat merelease 2 mini album "Direct Chord" dan "Euphony". Ia juga menjadi komposer untuk album soundtrack film Korea, Volcano High.

Tak Matsumoto from B'z


Nama Lengkap: Takahiro Matsumoto
Tempat/Tgl Lahir : Toyonaka, Osaka / 27 Maret 1961
Gitar : Gibson Les Paul signature Tak Matsumoto, Gibson SG, Gibson Firebird, Fender Stratocaster, Fender Telecaster, Fender Mustang, Music Man EVH, Yamaha MGM, Yamaha APXT,
Group Band : B'z, Tak Matsumoto Group (TMG)
Gaya Permainan : Hard Rock
Pengaruh Musikal : Led Zeppelin, Deep Purple, Mr. Big, Steve Vai, dll


Tak Matsumoto merupakan salah satu gitaris rock terpopuler di Jepang selain Akira Takasaki, Hide, dan Daita Itoh. Ia banyak bermain dengan berbagai artis dan bermacam-macam job mulai dari session player untuk beberapa produk, klinik, sampai endorser.

Karir musik profesionalnya dimulai saat usianya baru berkisar 20 tahun. Pada tahun 1988 ia membentuk grup rock B'z. Band ini hanya beranggotakan Tak pada gitar dan Kohshi Inaba sebagai vocalis. Musik yang ditawarkan oleh Tak bersama B'z adalah musik rock dengan berbagai campuran. Tak sering memasukan loop kedalam musik-musik B'z. Ia juga memasukan unsur musik pop, blues, dance, bahkan juga jazz. Billy Sheehan dan Pat Torpey juga pernah bermain dengan B'z salah satunya dalam lagu Giri giri Chop.

Selain bersama B'z yang telah menjual jutaan keping untuk semua albumnya, Tak Matsumoto juga memiliki side project yang tak kalah bagusnya dengan B'z, yaitu Tak Matsumoto Group (TMG). Bedanya di TMG ini Tak banyak bermain dengan musisi dari luar Jepang. Beberapa nama malah sudah tidak asing di telinga para hard rocker. Tak memasang Eric Martin (ex. Mr Big) pada vocal kemudian Jack Blades (Night Ranger, Damn Yankees), Brian Tichy (Pride & Glory, Slash's Snakepit), Chris Frazier (Steve Vai), dll. Selain bersama dua grup ini, Tak Matsumoto juga pernah bekerjasama dengan Steve Vai dalam album Ultra Zone.

Biar ngeplot dirinya sebagai gitaris hard rock, tapi Tak juga banyak memainkan lagu2 slow dan romantic. Yah, rocker juga kan manusia : P .

Bersama B'z telah merilis album-album berikut : B'z (1988), Off The Lock (1989), Break Through (1990), Risky (1990), In The Life (1991), Run (1992), The 7th Blues (1994), Loose (1995), Survive (1997), Brotherhood (1999), Eleven (2000), Green (2002), Big Machine (2003), The Circle (2004). B'z telah menjadi salah satu dari sedikit band hard rock Jepang yang memiliki penjualan album terbaik. Hingga saat ini B'z telah menjual sekitar 94 juta copy diseluruh dunia !!

Tak Matsumoto memiliki puluhan gitar yang digunakan sesuai kebutuhannya. Namun gitar utamanya adalah Gibson Tak Matsumoto yang merupakan gitar signaturenya. Produknya ini juga tersedia dalam produk Epiphone untuk harga yang lebih terjangkau. Tak juga memiliki gitar Music Man Eddie Van Halen yang biasa ia gunakan untuk lagu-lagu yang membutuhkan tremolo up-down seperti dalam lagu Love Phantom, Love Me I Love You, dan beberapa lagu lainnya. Koleksi gitar Tak lainnya adalah Ovation, Martin, Jerry Jones, Bill Lawrence, Peavey Wolfgang, Ibanez, Yairi, dll.

Ken Kitamura from L'Arc en Ciel


Nama Asli : Ken Kitamura
Tempat/Tgl Lahir : Osaka / 28 november 1966
Tinggi : 178 cm
Berat: 56 Kg
Golongan Darah : AB
Gaya Permainan : Rock
Group Band : L'Arc~en~Ciel (Laruku), Sons of All Pussys (S.O.A.P)
Pengaruh musikal : Jimi Hendrix, Led Zeppeline, Bow Wow
Gitar Yang Digunakan : Fernandes Stratocaster, Fender Stratocaster
Efek : DOD Love Driver
Ampli : Marshall


Ken merupakan salah satu gitaris terpopuler di Jepang. Maklum, ia merupakan personel dari band yang merajai musik Jepang selama beberapa tahun terakhir ini. Bersama Hyde (vocal), Tetsu (bass), dan Yukihiro (drum) mempopulerkan musik J-Rock (Japanese Rock) secara lebih meluas. Bahkan jika anda memasuki forum-forum musik yang mambahas musik Jepang bahkan Asia, bisa dijamin kalau topik yang membahas band L`Arc~en~Ciel (atau biasa disebut dengan sebutan Laruku), pasti menjadi yang terbanyak di reply.

Ken bergabung dengan Laruku pada tahun 1992 menggantikan Hiro yang hengkang. Padahal saat itu Ken tengah menjalani kuliah di jurusan arsitektur di Nagoya. Tapi karena paksaan dari Tetsu, akhirnya Ken meninggalkan kuliah dan menuju Osaka untuk bergabung. Hal tersebut bertentangan dengan keinginan keluarga yang menginginkan Ken menjadi seorang sarjana. Namun Ken yang punya cita-cita menjadi seorang gitaris rock band akhirnya memutuskan menjadi musisi profesional.

Sebelum bergabung dengan Laruku, semasa SMU Ken sempat memiliki band bernama Bystonewell. Setelah duduk di bangku kuliah, ia diajak oleh teman semasa kecilnya, Tetsu untuk bergabung dengan bandnya. Tahun 1992 terbentuklah L'Arc~en~Ciel. Mereka merilis album perdana berjudul Dune. Album ini tidak isimewa. Namun embrio karakter permainan Ken mulai terlihat. Lagu terbaik dari album ini berjudul Voices.

Pada masa-masa ini nama Laruku belum bisa dibandingkan dengan band Rock Jepang papan atas seperti X-Japan. Baru setelah tahun 1994, saat album Tierra yang memuat hits single Blurry Eyes direlease, nama Laruku makin melejit. Disini Ken menampilkan permainan gitar yang simpel namun cukup berisi.

Album-album berikutnya yang dirilis antara lain, Heavenly, True, Ark, Real, Ray, Smile, dll. Ia dan Laruku juga sempat merilis 2 buah proyek idealis dengan menamakan diri Dark~en~Ciel (yang merupakan versi dark dari L'Arc~en~Ciel) dan Punk~en~Ciel yang memainkan versi punk dari lagu-lagu Laruku. Namun di project Punk~en~Ciel ini Ken bermain sebagai drummer sementara posisi gitar diisi oleh Hyde sang vocalis.

Dilihat dari segi teknikal, sebenarnya tak ada yang terlalu istimewa dari Ken. Ia tidak menampilkan teknik-teknik seperti yang diperagakan gitaris-gitaris virtuoso. Namun ia mampu menempatkan diri pada setiap lagu dan bisa menakar proporsi ritem dan melodi yang sederhana namun enak dinikmati. Disitulah letak kekuatan Ken. Pada hits seperti Blurry Eyes, Flower, dan Driver High anda akan menemukan permainan gitar yang sederhana namun indah didengar.

Selain sebagai player, Ken juga mampu membuat lagu yang bagus. Lagu-lagu ciptaannya antara lain Fourth Avenue Cafe, As If in a Dream, Vivid Colors, Caress of Venus, dan lain-lain. Yang menarik ternyata salah satu lagu ciptaannya yang berjudul Winterfall, diciptakannya saat masih berusia 13 tahun.

Album studio Laruku di Indonesia dirilis pertamakali adalah album Smile yang ternyata memperoleh angka penjualan sebanyak 75.000 copy. Sebuah angka penjualan yang sangat fantastis mengingat nama Laruku tidak populer di media-media utama di Indonesia. Album berikutnya, Awake menyusul kesuksesan album Smile.

Saat ini di Indonesia sedang terjangkit wabah Laruku dan J-Rock musik. Berbagai band tumbuh dan berkembang dengan berkiblat pada jenis musik ini.

Ken juga punya side project selain Laruku. Ia menyebutnya S.O.A.P. (Sons of All Pussys). Salah satu hitsnya yang berjudul Grace, Ken menampilkan permainan gitar yang tidak terlalu jauh beda dengan Laruku. Namun dari segi sound ia menyajikan nuansa yang sedikit lebih alternative.

Syu from Galneryus



Nama : Syu
Tanggal Lahir : 23 September 1980
Website Resmi : http://www.syu-net.jp
Pengalaman Band : Animetal, Aushvitz, Galneryus, Valkyr
Gitar : ESP Explorer, Edwards V, G & L Stratocaster, Flying V
Ampli : Marshall
Gaya Permainan : NeoClassic, Speed Metal, Shredd



Syu merupakan gitaris NeoClassic Shred yang handal. Ia memiliki beberapa band, diantaranya adalah Animetal, Aushvitz, dan Galneryus. Sempat rilis album dengan Galneryus, kemudian Syu bergabung dengan Animetal setelah band tersebut merilis album 'Animetal Marathon IV'. Syu membawa karakter permainan NeoClassic Shred seperti Yngwie Malmsteen kedalam lagu-lagu serial TV Jepang.

Jika di Animetal ia hanya 'merevisi' aransemen dari lagu-lagu serial TV yang sudah populer, berbeda dengan ketika di Galneryus. Mulai bermain sejak tahun 2002, di band ini ia menampilkan musik yang original dengan beberapa influence dari band-band power metal luar Jepang seperti Stratovarius, Yngwie Malmsteen, Angra, Rhapsody, dll.

Lain lagi dengan Valkyr. Sejak tahun 1998, Syu telah bermain dengan band ini dan telah menghasilkan beberapa single dan album.

Selain telah merilis beberapa album dengan band yang berbeda-beda. Syu juga memiliki video lesson produksi Young Guitar yang terdiri dari 3 seri. Dua buah album Tribute juga pernah ia ikut tampil didalamnya, salah satunya ia berkolaborasi dengan artis lain membawakan lagu dari Vow Wow.

Sekilas Tentang Animetal
Pernahkah anda mendengar intro lagu Enter Sandman (Metallica) yang kemudian disambung dengan lagu serial TV Jepang? Jika belum pernah, Animetal adalah salah satu band yang berani melakukannya. Bukan cuma Metallica yang lagunya 'diculik', grup heavy metal asal Brazil, Angra juga menjadi korban keisengan saat intro lagu Carry On digunakan dalam lagu anime. Nasib sial juga menimpa Yngwie Malmsteen karena intro lagu Rising Force dijadikan part pembuka lagu serial Japan Heroes, Gaban.

Boss GT 8


The BOSS GT-8 is a powerful multi-effects processor which was preceded by the GT-6 and followed by the GT-10. Introduced on 20 Jan 2005 at Winter NAMM 2005[1], it was the first to feature two COSM engines allowing different effects and modulations to be run on two different modeled amplifiers simultaneously.

Appearance :

The GT-8 is framed in a black and grey, sturdy metal box. It has 5 footswitches, expression pedal, 15 knobs, 32 buttons and one dial. It has green, backlit 2×16 character LCD for texts and two digit 7 segment LED display for bank number.

The construction is robust and solid. The device weights 4.8kg.[2]

Features :

1. Dual amplifiers

One of the most notable features in the device is the dual COSM amplifier emulation. Which allows the user to combine the sounds of two different guitar amplifiers in several different methods.[3]

  • Single - Only one amp is audible, but can be switched with a footswitch or by other method. Because there is two separate chips for processing, the switch is fast and doesn't have any audible glitch.
  • Dual Mono - The signal from both amps is mixed and the mix level can be controlled for best blend.
  • Dual Stereo - Each amp is sent to different stereo channel. Either channel can have time delay applied for deeper stereo effect.
  • Picking Dynamics - The mix ratio is decided by how hard player picks guitar strings. When picking softly the amp A is used and when picking hard, the amp B is used.

2. Effects

The processor has 13 effect blocks which can be set in any order, using the "effect chain" feature. Each effect block can be disabled.[3]

The effect blocks are:

The Effect 1 and 2 blocks have 16 shared effects which can be used in both blocks. and Effect 2 block has 11 additional effects which can be used only on the second block.

The external loop effect relays the signal out of the processor, so external effect pedals can be used. Because the effect blocks can be freely arranged some artists have found it a good idea to use external loop for real guitar amplifier head.

Sabtu, 28 November 2009

Hideto Matsumoto from X-Japan

















Hideto Matsumoto alias Hide (lahir di Kanagawa, Yokohama, Jepang, 13 Desember 1964 – meninggal 2 Mei 1998 pada umur 33 tahun} adalah seorang musisi Jepang

Ia mulai mengenal musik keras saat berusia 15 tahun ketika salah satu temannya memperkenalkan musik dari grup rock seperti Kiss dan BowWow. Sejak saat itu, Hide begitu tertarik dengan karakter band yang memiliki penampilan visual yang nyentrik dan stylish. Jepang pada waktu itu sedang dilanda demam musik pop dari artis luar seperti Michael Jackson. Rock menjadi musik yang termasuk underground. Keinginannya menjadi pemain band mulai tumbuh dan ia berniat ingin memiliki band sendiri dengan mulai mempelajari gitar. Setahun kemudian, ia mendapatkan gitar elektrik pertamanya Gibson Les Paul Deluxe.

Band pertama pun dibentuk bersama teman-teman sebayanya dengan nama Saver Tiger. Band tersebut berkarakter musik seperti Kiss dan Hide berposisi sebagai lead gitaris dan penulis lagu-lagunya. Kemudian bersama bandnya mulai tampil di beberapa bar. Dengan cepat bandnya menjadi salah satu grup yang populer di Yokosuka. Namun setelah mengalami pergantian formasi sebanyak 8 kali akhirnya pada tahun 1987 band tersebut dihentikan.

Tak lama setelah menghentikan bandnya, Hide kemudian menerima telpon dari seseorang bernama Yoshiki yang memiliki band bernama X. Yoshiki sedang membutuhkan gitaris, dan prestasi Hide ditingkat lokal membuat Yoshiki tertarik untuk merekrutnya. Ia pun setuju meski tak akan pernah menyangka bahwa band ini kelak akan merubah seluruh jalan hidupnya. Pada Januari 1987, Hide secara resmi bergabung dengan X. Personel X saat itu adalah Yoshiki (drum & piano), Toshi (vocal), Taiji (bass), Pata (gitar) dan Hide (lead gitar). Ia menggagas konsep Visual Shock atau penampilan yang super nyentrik pada band barunya tersebut.

Album debut perdana Vanishing Love direlease tahun 1988 dengan mengandalkan hits Kurenai lansung menggebrak. Setahun berikutnya album Blue Blood yang menjagokan 3 hits : X,Week End, dan satu lagu slow Endless Rain. Lagu keras dengan dipadukan dengan warna symphony dan penampilan yang nyentrik membuat band ini makin bersinar. Tahun 1991 X menelurkan album Jealousy yang mengandalkan 2 hits Silent Jealousy dan Say Anything. Secara perlahan band ini mulai meruntuhan dominasi musik pop, apalagi saat itu dunia musik sedang dilanda demam Guns N' Roses yang cukup berpengaruh juga untuk merubah paradigma masyarakat Jepang terhadap jenis musik ini.

Hide pun mulai dijagokan sebagai icon musik rock Jepang saat itu dan mempelopori sebutan khusus untuk musik mereka dengan nama J-Rock. Berbeda dengan band Loudness yang merupakan band hard rock dari Jepang juga namun warna musiknya lebih ke barat-baratan, permainan gitar dan warna musik Hide memiliki warna tersendiri yang banyak mengilhami band-band J-Rocks berikutnya. Tahun 1994 Hide meluncurkan album solonya hide Your Face dan dilanjutkan dengan album Psyence. Ia menghasilkan karya-karya seperti Misery, Beauty & Stupid, HI-Ho/Good Bye dan MIX LEMONed JELLY.

Tahun 1996, Hide kembali masuk ke studio rekaman bersama X yang telah berubah nama menjadi X-Japan dikarenakan ada band di Amerika yang juga memiliki nama X. Album barunya diberi nama Dahlia. Banyak pengamat musik menilai album ini adalah album masterpiece X-Japan dikarenakan dari 10 lagu, setidaknya 8 lagunya merupakan jagoan semua. Lagu-lagu tersebut seperti Dahlia, Scars, Longing (Togireta Melody), Rusty Nail, Crucify My Love, Tears, Drain, dan Forever Love. Album itu makin memperkokoh nama X-Japan sebagai band rock nomor satu di Jepang dan berakibat semakin meluasnya ketenaran X-Japan sampai ke negara-negara lain seperti Korea, Hong Kong, Cina, dan Taiwan.

Satu tahun kemudian, dikarenakan sang vocalis Toshi ingin bersolo karir, terjadilah perpecahan pada X-Japan sehingga mereka akhirnya menyatakan bubar. Namun tuntutan para fans-fans fanatiknya yang ingin melihat sekali lagi penampilan X-Japan membuat Yoshiki dan Hide sepakat untuk menggelar X-Japan Last Live. Konser yang diadakan tanggal 31 Desember 1997 ini dipadati oleh puluhan ribu penonton. Sebuah konser yang sangat spektakuler dengan tata cahaya yang super brilian, dan desain panggung yang luar biasa dan konsep yang apik menjadikan konser tersebut sebagai salah satu konser terbaik sepanjang sejarah musik Jepang. Setelah konser berakhir, praktis tak ada lagi penampilan X-Japan.

Setelah X-Japan bubar, Hide melanjutkan proyek solonya. Ia merelease album Rocket Dive. Ia juga sempat bekerjasama dengan band asal Amerika, Zilch. 27 April 1998 ia kembali ke Jepang setelah sebelumnya sempat tinggal di L. A. selama beberapa waktu untuk beberapa proyeknya. Tanggal 1 Mei, setelah merayakan promo singlenya di Fuji TV, ia mabuk dan pulang ke Tokyo. Namun keesokan harinya ia ditemukan telah tewas. Dunia musik Jepang sangat terguncang mengingat yang tewas adalah seorang pelopor J-Rocks sejati. Upacara kematian Hide digelar di Kuil Honganji. Upacara itu dipadati lebih dari 50.000 J-Rockers (fans J-Rocks) diluar kuil dan membentuk barisan sepanjang lebih dari 1 km sedangkan 12.000 lainnya didalam lingkungan kuil.

Beberapa bulan kemudian, Yoshiki menggelar konser penghormatan kepada Hide. Acara itu juga dihadiri oleh Kiss, Slash, Marylin Manson dan band-band yang ia orbitkan (kelak juga merajai panggung musik J-Rocks), Glay, dan Luna Sea. Tak lupa pula Toshi dan Yoshiki yang merupakan rekan Hide semasa di X-Japan melantunkan 2 buah lagu, Forever Love dan Tears. Puluhan ribu orang menangisi kepergian Hide sang pionir musik-musik J-Rocks. Ia lah yang mempopulerkan Visual Kei ala J-Rocks dan Visual Shock yang kini dianut oleh semua artis-artis J-Rocks. Bahkan kini di Yokohama dibangun museum Hide yang didalamnya disimpan memorabilia Hide seperti gitar, kostum, CD, mobil, dsb.